111 Istilah untuk Kalian Para Newbie Fotografi

April 08, 2017 Unknown 0 Comments


Untuk sobat lebah fotografi yang baru belajar fotografi bagi yang belom baca pengertian Fotografi silahkan di baca dulu, dan yang baru saja memiliki kamera digital pasti sedikit asing bahkan amat sangat membingukan untuk para sobat yang baru belajar.

seperti hal lainya, dalam dunia fotografi sendiri memiliki banyak istilah-istilah fotografi yang bagi orang awam akan lumayan membingungkan, sperti ISO, AE, F, DOF, dan masih banyak lagi istilah lainnya.


Dan dibawah ini ada istilah yang perlu anda pahami dalam mempelajari dan menguasai ilmu dibidang photografi Berikut ini Beberapa istilah dalam fotografi yang amat perlu difahami begitu banyak, ya gk begitu banyak juga sihh, selain dibanding dengan kenangan bersama mantan… sory curhat ^_^

1.  APS : Advanced Photo System

2.  DIL : Drop in Loading

3.  CID : Cartridge Identification number

4.  FID : Film strip Identification number

5.  USC : Uniform Sigma Crystal/kristal sigma seragam

6.  Kristal sigma : Butir-butir perak halida

7.  AFS : Auto Focus Silent Wave Motor

8.  AFD : Auto Focus Distance Information

9.  DIR : Development Inhibitor Releaser

10.  SPD : Silicon Photo Diode

11.  LCD : Liquid Crystal Display

12.  LED : Light Emitting Diode, lampu

13.  ISO/ASA : Derajat sensitivitas film

14.  ISO : International Standart Organization

15.  ASA : American Standart Association

16.  DIN : Deutsche Industry Norm

17.  NiMH : Nikel Metal Hydride

18.  NiCd : Nikel Cadmium

19.  DRAM : Data Random Acces Memory

20.  RISC : Reduce Intruction Set Computer

21.  CCD : Charge Couple Device (pada kamera digital)

22.  CPL : Circular Polarizing

23.  USM : Ultrasonic motor

24.  ESP : Elektro-Selective Pattern (Sistem pengkuran cahaya otomatik, di saat kondisi kesenjangan 
kecerahannya sangat besar.

25.  SLR : single Lens Reflek, kamera lensa tunggal yang menggunakan cermin dan prisma

26.  TLR : Twin lens Refleks, kamera yang menggunakan dua lensa , satu untuk melihat, lainnya utnuk meneruskan cahaya ke film.

27.  Lens Mount : Dudukan lensa

28.  MF : Manual Fokus

29.  AF : Auto Fokus

30.  Fps : Frame per second:, satuan kecepatan pengambilan gambar dalam gambar perdetik

31.  DOF : Depth of Field; ruang tajam, merupakan jarak, dimana gambar masih terlihat tajam/focus, bergantung pada: diafragma, panjang lensa dan jarak objek

32.  GN : Guide number; kekuatan cahaya blitz merupakan perkalian antara jarak (dalam meter atau feet) dan diafragma

33.  AR Range : Tingkat terang cahaya dimana system aotufocus masih dapat bekerja, dalam satuan EV

34.  EV : Exposure Value; kekuatan cahaya. Sample, EV=0 kekuatan cahaya pada difragma f/1,0 kecepatan 1 detik.

35.  Exposure mode : Modus pencahayaan, pada umumnya ada 4 tipe: manual, Aperture priority, Shutter priority dan Programed (auto).

36.  Aperture : Diafragma

37.  Lens Hood : Tudung lensa

38.  Aperture priority : Prioritas pengaturan pada diafragma, kecepatan rana otomatis

39.  Shutter : Rana

40.  Shutter Priority : Prioritas pengaturan pada kecepatan rana, diafragma otomatis

41.  Exposure compensation : Kompensasi pencahayaan, membuat alternatif pencahayaan dari normal
menjadi lebih atau kurang.

42.  Flash Exposure Compensation : Kompensasi pencahayaan blitzt

43.  Metering : Pola pengaturan cahaya, biasanya terbagi dalam 3 kategori, centerweighted, evaluative/matrix, dan spot

44.  Center weighted Metering : Pengukuran pencahayaan pada 60% daerah tengah gambar

45.  Evaluative/Matrix : Pengukuran pencahayaan berdasarkan segmen-segmen dan presentase tertentu

46.  Spot : Pengukuran pencahayaan hanya pada titik tertentu

47.  View finder : Jendela bidik

48.  Built in Dioptri : Dilengkapi dengan pengatur dioptri (lensa+ atau – bagi mereka yang berkacamata)

49.  Eye piece Blind : Tirai penutup jendela bidik

50.  Interchangeable Focusing Screen : Fasilitas untuk dapat mengganti focusing screen

51.  Focusing screen : Layar focus

52.  Bracheting : Pengambilan gambar yang sama menggunakan pengukuran pencahayaan yang berbeda

53.  Flash Sync : Sinkron kilat, kecepatan maksimum agar body dan flash masih bekerja harmonis

54.  TTL : Through The Lens, Sistem pengukuran pencahayaan melalui lensa

55.  Remote Flash : Melepaskan lampu kilat dari badan kameranya dan meletakkannya si duatu tempat untuk mendapatkan efek foto yang diinginkan.

56.  Bounce : Cahaya lampu kilat yang di pantulkan ke langit-langit atau bidang lain sehingga cahaya menerangi objek secara merata.

57.  Slave unit : (Lampu kilat + mata listrik/elctric eye); adalah alat abntu yang sanggup menyalakan lampu kilat bila mata itu menerima sinar dari lampu kilat lain.

58.  Wireless TTL : Sistem pengukuran TTL tanpa melalui kabel

59.  Multiple exposure : Fasilitas pemotretan berulang pada fram eyang sama

60.  Pupup Flash : Blitz kecil, terbuat menyatu dengan body

61.  Stop : Satuan pencahayaan, 1 stop sama dengan 1 EV

62.  Red Eye Reduction : fasilitas untuk mengurangi efek mata merah yang biasa terjadi pada pemotretan menggunakan blitz pada malam hari.

63.  PC terminal : Terminal untuk blitz di luar hot shoe.

64.  Hot shoe : Kaki blitz

65.  Mirror Lock up : Pengunci cermin, agar getaran dapat dikurangi pada saat rana bergerak

66.  Shiftable program : Pada mode program, exposure setting dapat diubah secara otomatis dalam EV
yang sama, misalnya dari 1/125 menjadi 1/250 detik, f 5.6 dmenjadi f 11

67.  Second Curtain Sync : Fasilitas untuk menyalakan blitz sesaat sebelum rana menutup

68.  Shutter release : Pelepas rana

69.  Self Timer : Alat penangguh waktu pada kamera

70.  Vertical Grip : Alat pelepas rana utnuk pengambilan secra vertical tanpa harus memutar tangan

71.  Vertical Grip : Alat pelepas rana utnuk pengambilan secra vertical tanpa harus memutar tangan

72.  Reloadable to last frame : fasilitas untuk mengembalikan film yang telah digulung di tengah ke posisi terakhir yang terpakai

73.  Fill In flash : Blitz pengisi, dalam kondisi tidak memerlukan blitz, blitz tetap dinyalakan untuk menerangi bagian-bagian yang gelap seperti bayangan

74.  Intervalometer : Fasilitas epmotretan otomatis dalam jarak waktu yang tertentu

75.  Multispot : Pengukuran pencahayaan dari beberapa titik

76.  Back : Sisi belakang kamera, berfungis pula sebagai penutup film

77.  Bayonet : Sistem dudukan lensa yang hanya memerlukan putaran kurang dari 90 derajat untuk pergantian lensa.

78.  Bulk film : Film kapasitas 250 exposure

79.  Wide lens : lensa lebar, mempunya jarak titik bakar yang pendek, lebih pendek dari 50,,, biasanya: 16-22mm (lensa lebar super),24-35mm (lensa lebar medium,6-15mm (lensa mata ikan).

80.  Push : Meningkatkan kepekaan film dalam pemotretan, missal dari ISO 100-200/lebih

81.  Pull : kebalikan dari Push

82.  Main light : Cahaya pengisi/tambahan

83.  Foto wedding : Potraiture berpasangan (menciptakan rekaman gambar yang romantisme, baik dari posenya maupun dari suasananya.

84.  Foto wedding terbagi 2 yaitu :    Neo Classic Potraiture, ialah bentuk visual foto berpasangan yang beraura romantis, Classic wedding, ialah bentuk foto berpasangan yang harus menjadi kenangan.

85.  Blouwer : Kipas angin yang digunakan pada pemotretan model untuk menghasilkan efek angin

86.  Reverse ring : digunakan untuk memasang lensa yang di balik, untuk membuat lensa makro alternatif agar cahaya yang masuk tidak bocor.

87.  Golden section : Potongan kencana; Hukum komposisi yang mengatakan bahwa keselarasan akan tercapai kalau suatu bidang adalah kesatuan dari 2 bidang yang saling berhubungan.

88.  Komposisi : susunan garis, bidang, nada, kontras dan tekstur dalam suatu format tertentu

89.  Siluet : Teknik pencahayaan untuk menampilkan bentuk objek tanpa menunjukkan detilnya

90.  Framing : Pembingkaian objek untuk memberi kesan mendalam/ dimensi objek foto

91.  Panning : Teknik pengambilan gambar dengan kesan gerak (berubahnya latar belakang menjadi
garis-garis sementara objek utama terekam jelas.

92.  Sandwich : Teknik menggabungkan foto

93.  Cross process : Proses silang, biasanya di lakukan pada film positiv (E6) ke film negatif (C 41), sehingga menimbulkan warna- warna baru pada foto.

94.  Esai foto : (Biar foto yang bicara), merangkai foto menjadi cerita bertema

95.  xposure time kalo ga salah sih lamanya waktu kita ngebuka bukaan ( Biasanya di mode Bulb )

96.  Interpolasi : merupakan salah satu cara yang dipakai untuk memperbesar ukuran gambar dengan memultiplikasi pixel ukuran gambar yang diduplikasi menjadi lebih besar. Biasanya gambar interpolasi bila dilihat dengan teliti akan menurunkan ketajaman gambar karena bukan hasil asli keluaran dari sensor.

97.  HSM : Singkatan dari Hypersonic Motor. Artinya kurang lebih sama dengan USM, auto fokus cepat dan tidak bersuara. Kode ini akan Anda temukan di lensa merek Sigma.

98.  AF-S : Sama dengan kode diatas, kode ini akan Anda temukan di lensa merek Nikon..

99.  SAM : Sama dengan kode diatas, kode ini akan Anda temukan di lensa merek Sony.

100.  AF : Lensa Nikon yang tidak memiliki auto fokus built-in. Di kamera pemula Nikon seperti D60 dan D5000, tidak bisa mengunakan lensa ini untuk auto fokus, tapi harus dengan manual fokus.

101.  VR : Singkatan dari Vibration Reduction, fungsinya sama dengan Image Stabilization.

102.  OS : Singkatan dari Optical Stabilization, fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini akan Anda temukan di lensa Sigma.

103.  VC : Singkatan dari Vibration Compensation, fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini akan Anda temukan di lensa Tamron.

104.  DX, DT, DC : Kode lensa yang di optimalkan untuk kamera sensor krop. Kode ini akan Anda temukan di lensa Nikon, Sony atau Sigma.

105.  DG : Kode lensa yang di kompatibel untuk kamera sensor krop dan full frame. Kode ini akan Anda temukan di lensa Sigma.

106.  L -> kependekan dari “Luxury”, biasa diplesetkan menjadi “Larang”. Lensa-lensa L-series Canon adalah lensa yang berada di jajaran atas. Dibuat dengan optik-optik pilihan yang berkualitas, juga memiliki build quality yang baik dan kokoh. Lensa seri ini ditandai dengan adanya gelang merah di leher bagian depan lensa. L singkatan dari luxury alias lensa mewah yg kualitasnya tinggi.

107.  DO -> kependekan dari “Diffractive Optics”. Lensa seri ini bila dibandingkan dengan lensa lain yang memiliki focal length dan aperture maksimal yang sama biasanya memiliki bentuk yang lebih kecil dan berat yang lebih ringan. Canon juga meng-claim lensa seri DO ini memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengatasi chromatic aberration.

Lensa ini ditandai dengan adanya gelang berwarna hijau di leher lensa bagian depan. Hingga saat ini Canon baru memproduksi 2 macam lensa dengan diffractive optics ini.

108.  EF -> mount lensa Canon sejak tahun 1987, mount sebelumnya bernama FD. Tambahan -S di belakang adalah kependekan dari Short Back Focus. Lensa dengan seri ini memiliki ‘buritan’ yang lebih nongol sehingga tidak bisa masuk ke body fullframe. Desainnya pun memang dirancang untuk body non-fullframe (APS-C) sehingga memiliki image circle yang lebih kecil daripada lensa seri EF biasa.

Jika dipaksakan dipasang pada body fullframe (baik dibantu dengan extension tube atau cara lain), maka akan menghasilkan foto dengan vignetting yang cukup parah akibat jangkauan image circle tidak sampai mencakup keseluruhan frame.

109.  IS -> kependekan dari “Image Stabilizer”. Teknologi peredam getar pada lensa yang memungkinkan lensa menstabilkan getaran tangan yang bisa menyebabkan foto shaking. Kemampuan IS biasanya diukur dengan stop rating, di mana semakin tinggi angka ratingnya, semakin baik kemampuan IS lensa tersebut dalam menstabilkan getaran.

110.  USM -> kependekan dari “Ultra-sonic Motor”, bisa diplesetkan menjadi “Untuk Semua Momen”. Lensa AF dengan motor ini biasanya memiliki kemampuan autofocus yang lebih cepat dan senyap sehingga dapat menangkap momen dengan lebih baik dan akurat.


111.  EF-S : jenis vatting / pangkon / bajonet / mounting 

MAAF KALO KEBANYAKAN, TAPI YANG TERPENTING ADALAH ILMU YANG LENGKAP| :D 



0 komentar: